AAA – Kematian bagi setiap orang sungguh
mengerikan, menyedihkan dan menakutkan sebab harus berpisah dengan kaum
keluarga yang dicintai dan disayangi. Namun semua harus diselesaikan sesuai
adat dan rukun kematian itu sendiri. Meskipun yang meninggal karena karam atau
mati di negeri lain, upacaranya tanpa jasad tetapi sudah cukup dengan pakaian,
rambut atau kuku si mati. Upacaranya disesuaikan dengan kemampuan keluarga,
meskipun semua pekerjaan maupun biayanya didapat dari sumbangan dan bantuan
seluruh keluarga bahkan oleh penduduk kampung.
Berikut beberapa upacara tersebut :
Upacara kematian yang lengkap
disebut Marabia, Ijambe dan Ngadaton untuk tingkat terhormat. Harus
dilaksanakan secara lengkap menurut adat agar sampai ke Datu Tunyung (sorga). Bila
tidak arwah atau adiau bisa gentayangan tidak sampai ke tempat tujuan. Balian
atau Wadian Matei sangat berperan memanggil, mengantar dan menunjuk jalan yang
berliku-liku agar sampai ke Datu Tunyung yang dikatakan penuh dengan keriaan,
kecukupan tak berhingga. Biaya dan bahan yang harus tersedia : uang, beras,
beras pulut, jelai, telur, ayam kecil dan besar, babi bahkan kerbau.
Lama pelaksanaan dari satu malam,
dua, tiga, lima, tujuh bahkan sembilan. Urutan menurut hari pelaksanaannya :
Tarawen, Irupak, Irapat, Nantak Siukur dalam Marabia. Pelaksanaan upacara siang
malam dapat selesai berkat kegotongroyongan dan semangat kebersamaan yang
tinggi. Tidak ada perhitungan berapa biaya, tenaga dan waktu maupun perhitungan
ekonomi lain asal si mati bisa diantarkan sampai ke Datu Tunyung. Perbuatan
kaum kerabat demikian bahkan memberi kebahagiaan kehidupan dengan arwah lain
yang telah mendahului mereka. Biaya yang dikeluarkan tidak sia-sia karena
menjadi bekal perjalanan adiau menuju dunia kaum keluarga yang telah meninggal
mendahului mereka.
Belian orang mati (wadian matei)
yang diinterview menggambarkan amirue/adiau akan diantar ke tumpuk janang
jari, kawan nyiui pinang kakuring, wahai kawan intan amas, parei jari, kuta
maharuh, welum sanang, puang mekum maringin, arai hewu (Roh yang meninggal kan
di bimbing perjalanannya oleh belian menuju tempat/ perkampungan yang subur,
kelapa dan pinang menghijau indah, bertaburkan intan dan emas, padi yang subur,
makanan yang enak, hidup sejahtera, selalu sehat dan gembira). Pada dasarnya
Upacara (adat) kematian merupakan berbagai jenis upacara (serangkaian) dari
kematian sampai beberapa upacara untuk mengantar adiau/ roh ke tumpuk adiau/
dunia akhirat.
- Ijambe
- Miya
- Bontang / Buntang
- Nuang Panuk
- Siwah
Yang
menarik dari upacara tersebut adalah banyak unsur seninya, baik tumet leut
(sajak yang dilantunkan dengan nada indah tapi tetap, dan tarian tarian khas
jaman dulu misalnya giring-giring atau nampak maupun nandrik.
Sebelum
memulai tahun perladangan, segala upacara untuk masalah kematian dan upacara
syukuran harus sudah selesai dilaksanakan. Jika tidak, sangat berbahaya dan merugikan
untuk keselamatan keluarga seisi kampung dan padi yang akan ditanam. Semua
upacara harus ditutup mengadakan "Ipaket" atau "Ibubuhan"
dengan tujuan menolak bala bencana untuk tahun depan. Semua roh jahat harus
diberi bagian, agar dapat bekerja dengan tenteram dan keluarga dijauhkan dari
sampar dan sebagainya. Upacara diadakan pada malam hari penuh seperti Nyepi di
Bali. Artinya, tidak membunuh, tidak memotong kayu/pohon, menumbuk dan membuat
ingar bingar di kampung sehari penuh.
Sip
ReplyDeleteberkunjung pada hampi blog ku
ReplyDeletehttp://jonijalanjalan.blogspot.co.id/2016/03/paralayang-batu-malang-wisata-gunung.html
njir.. huan ku nulis artikel ni.. ikat judul ni
Delete