AAA – bicara tentang asal asul dan sejarah pastinya memiliki daya tarik tersendiri, apalagi jika anda suka sejarah.
Dalam post ini sangkay city blog akan membahas tentang asal usul tarian dearah Kalimantan Timur, yaitu tari Gantar, tari gantar sendiri terbagi menjadi tiga yaitu tari Gantar Rayatn, tari Gantar Busai, dan tari gantar Senak dan Kusak.( Baca : jenis jenis tari gantar )
Bicara tentang asal usul, Tari Gantar ini dahulunya hanya ditarikan pada saat upacara adat. Namun banyak versi yang menceritakan asal mula dari tarian ini. Jadi inilah versi-versi tari gantar :
Versi 1 Upacara Tanam Padi
Tarian ini dulunya di laksanakan pada upacara tanam padi adat Dayak. sebuah tongkat panjang yang di gunakan dalam menari berfungsi untuk melubangi tanah. Sedangkan bambu yang pendek di gunakan untuk menaburkan benih pada lubang tersebut. Dalam tarian ini penari juga menghentakan kakinya, ini menggambarkan cara menutup lubang yang sudah di taburkan benih tadi. Para penari menari dengan bergembira dengan harapan hasil panennya akan berlimpah ruah hasilnya.
Versi 2 Penyambutan Pahlawan pulang dari Peperangan
Tari Gantar adalah merupakan tari sakral yang hanya boleh ditarikan saat para pahlawan pulang dari medan peperangan. Tari ini sebagai penyambut kedatangan mereka dan ditarikan oleh gadis-gadis remaja. Properti tongkat panjang adalah sebuah sumpit dan diberi hiasan kepala atau tengkorak musuh (digantungkan) yang telah dibunuh oleh para pahlawan. Sedangkan bambu kecil merupakan peraga unutk mengimbangi gerak tari.
Versi 3 Mitos Cerita Rakyat
Versi ini merupakan sebuah mitos yang merupakan cerita rakyat. Ada suatu mitos yang mengawali lahirnya Tari Gantar. Mitos ini dulunya sangat dipercaya pada masyarakat Dayak Tunjung dan masyarakat Dayak Benuaq. Konon menurut mitos yang berkembang dalam masyarakat Suku Bangsa Dayak Tunjung dan Suku Bangsa Dayak Benuaq bahwa lahirnya Tari Gantar berawal dari cerita di Negeri Dewa Nayu yang diyakini sebagai tempat Dewa Nirwana yang bernama Negeri Oteng Doi. Pada suatu hari terjadi peristiwa didalam keluarga Dewa di Negeri Oteng Doi atau Negeri Dewa Langit. Keluarga tersebut terdiri dari suatu kepala keluarga yang bernama Oling Besi Oling Bayatn. Oling Bayatn mempunyai seorang istri dan dua orang anak putri yang bernama Dewi Ruda dan Dewi Bela. Keluarga tersebut hidup tenteram dan damai di Negeri Oteng Doi. Pada suatu ketika datanglah seorang Dewa yang bernama Dolonong Utak Dolonong Payang, tanpa disangka oleh keluarga Oling Besi. Kedatangan Dolonong Utak tenyata beritikad buruk. Oling Besi dibunuhnya dengan tujuan dapat menikahi istri Oling Besi. Peristiwa tersebut terjadi didepan mata istri dan kedua anak Oling Besi. Karena takutnya istri Oling Besi menerima ajakan Dolonong Utak untuk menikah, namun kedua anaknya menyimpan dendam pada ayah tirinya tersebut.
Hari berganti hari, setelah kedua Putri Oling Besi menginjak remaja mereka berdua berencana untuk membunuh ayah tirinya. Pada suatu hari kedua Dewi tersebut akan melaksanakan niatnya untuk membalas kematian Ayah kandungnya pada Ayah tirinya, saat Ayah tirinya (Dolonong Utak) sedang istirahat di balai-balai rumahnya. Ketika kesempatan itu tiba dibunuhlah dolonong Utak dengan menggunakan Sumpit. Setelah diketahui bahwa Ayah tirinya meninggal kedua putri tersebut senang, keduanya bersuka cita dan mengungkapkannya dengan menari-nari berdua. Dan sebagai musiknya mereka mencari sepotong bambu pendek dan mengisinya dengan biji-bijian. Ungkapan kepuasan membunuh Dolonong Utak itu di lakukan hingga beberapa hari.
Kemudia dari dunia kejadian di alam Dewa tersebut diketahui oleh seorang manusia yang mampu berhubungan dengan alam Dewa yang bernama Kilip. Karena Kilip mengetahui kejadian itu maka Dewi Ruda dan Dewi Bela mendatangi Kilip agar ia tidak menceritakan kejadian ini kepada Dewa-dewa lain di Negeri Oteng Doi. Kilip menyetujui dengan mengajukan satu syarat yaitu Dewi Ruda dan Dewi Bela harus mengajarkan tari yang mereka lakukan saat bersuka cita. Tanpa pikir panjang Dewi Ruda dan Dewi Bela pun mengajarinya. Dari hasil pertemuan tersebut Kilip mendapatkan satu bentuk tarian sakral karena properti tari tersebut berupa tongkat panjang dan sepotong bambu, maka Kilip memberi nama tarian tersebut sebagai Tarian Gantar yang artinya tongkat (yang sebenarnya sebuah sumpit) dan sepotong bambu yang biasa disebut Kusak.
Baca juga : Tari Gantar Dayak Banuaq dan Tunjung
Itulah asal usul tari gantar Kalimantan timur, semoga artikel ini dapat bermampaat bagi pembaca. Tabe, salam dari Sangkay City Blog!
Sumber: Wikipedia Indonesia
Dalam post ini sangkay city blog akan membahas tentang asal usul tarian dearah Kalimantan Timur, yaitu tari Gantar, tari gantar sendiri terbagi menjadi tiga yaitu tari Gantar Rayatn, tari Gantar Busai, dan tari gantar Senak dan Kusak.( Baca : jenis jenis tari gantar )
Bicara tentang asal usul, Tari Gantar ini dahulunya hanya ditarikan pada saat upacara adat. Namun banyak versi yang menceritakan asal mula dari tarian ini. Jadi inilah versi-versi tari gantar :
Versi 1 Upacara Tanam Padi
Tarian ini dulunya di laksanakan pada upacara tanam padi adat Dayak. sebuah tongkat panjang yang di gunakan dalam menari berfungsi untuk melubangi tanah. Sedangkan bambu yang pendek di gunakan untuk menaburkan benih pada lubang tersebut. Dalam tarian ini penari juga menghentakan kakinya, ini menggambarkan cara menutup lubang yang sudah di taburkan benih tadi. Para penari menari dengan bergembira dengan harapan hasil panennya akan berlimpah ruah hasilnya.
Versi 2 Penyambutan Pahlawan pulang dari Peperangan
Tari Gantar adalah merupakan tari sakral yang hanya boleh ditarikan saat para pahlawan pulang dari medan peperangan. Tari ini sebagai penyambut kedatangan mereka dan ditarikan oleh gadis-gadis remaja. Properti tongkat panjang adalah sebuah sumpit dan diberi hiasan kepala atau tengkorak musuh (digantungkan) yang telah dibunuh oleh para pahlawan. Sedangkan bambu kecil merupakan peraga unutk mengimbangi gerak tari.
Versi 3 Mitos Cerita Rakyat
Versi ini merupakan sebuah mitos yang merupakan cerita rakyat. Ada suatu mitos yang mengawali lahirnya Tari Gantar. Mitos ini dulunya sangat dipercaya pada masyarakat Dayak Tunjung dan masyarakat Dayak Benuaq. Konon menurut mitos yang berkembang dalam masyarakat Suku Bangsa Dayak Tunjung dan Suku Bangsa Dayak Benuaq bahwa lahirnya Tari Gantar berawal dari cerita di Negeri Dewa Nayu yang diyakini sebagai tempat Dewa Nirwana yang bernama Negeri Oteng Doi. Pada suatu hari terjadi peristiwa didalam keluarga Dewa di Negeri Oteng Doi atau Negeri Dewa Langit. Keluarga tersebut terdiri dari suatu kepala keluarga yang bernama Oling Besi Oling Bayatn. Oling Bayatn mempunyai seorang istri dan dua orang anak putri yang bernama Dewi Ruda dan Dewi Bela. Keluarga tersebut hidup tenteram dan damai di Negeri Oteng Doi. Pada suatu ketika datanglah seorang Dewa yang bernama Dolonong Utak Dolonong Payang, tanpa disangka oleh keluarga Oling Besi. Kedatangan Dolonong Utak tenyata beritikad buruk. Oling Besi dibunuhnya dengan tujuan dapat menikahi istri Oling Besi. Peristiwa tersebut terjadi didepan mata istri dan kedua anak Oling Besi. Karena takutnya istri Oling Besi menerima ajakan Dolonong Utak untuk menikah, namun kedua anaknya menyimpan dendam pada ayah tirinya tersebut.
Hari berganti hari, setelah kedua Putri Oling Besi menginjak remaja mereka berdua berencana untuk membunuh ayah tirinya. Pada suatu hari kedua Dewi tersebut akan melaksanakan niatnya untuk membalas kematian Ayah kandungnya pada Ayah tirinya, saat Ayah tirinya (Dolonong Utak) sedang istirahat di balai-balai rumahnya. Ketika kesempatan itu tiba dibunuhlah dolonong Utak dengan menggunakan Sumpit. Setelah diketahui bahwa Ayah tirinya meninggal kedua putri tersebut senang, keduanya bersuka cita dan mengungkapkannya dengan menari-nari berdua. Dan sebagai musiknya mereka mencari sepotong bambu pendek dan mengisinya dengan biji-bijian. Ungkapan kepuasan membunuh Dolonong Utak itu di lakukan hingga beberapa hari.
Kemudia dari dunia kejadian di alam Dewa tersebut diketahui oleh seorang manusia yang mampu berhubungan dengan alam Dewa yang bernama Kilip. Karena Kilip mengetahui kejadian itu maka Dewi Ruda dan Dewi Bela mendatangi Kilip agar ia tidak menceritakan kejadian ini kepada Dewa-dewa lain di Negeri Oteng Doi. Kilip menyetujui dengan mengajukan satu syarat yaitu Dewi Ruda dan Dewi Bela harus mengajarkan tari yang mereka lakukan saat bersuka cita. Tanpa pikir panjang Dewi Ruda dan Dewi Bela pun mengajarinya. Dari hasil pertemuan tersebut Kilip mendapatkan satu bentuk tarian sakral karena properti tari tersebut berupa tongkat panjang dan sepotong bambu, maka Kilip memberi nama tarian tersebut sebagai Tarian Gantar yang artinya tongkat (yang sebenarnya sebuah sumpit) dan sepotong bambu yang biasa disebut Kusak.
Baca juga : Tari Gantar Dayak Banuaq dan Tunjung
Itulah asal usul tari gantar Kalimantan timur, semoga artikel ini dapat bermampaat bagi pembaca. Tabe, salam dari Sangkay City Blog!
Sumber: Wikipedia Indonesia
0 Response to "Asal Usul Tari Gantar, Dayak Kaltim"
Post a Comment
Bagaimana Pendapat Anda?