AAA - Di suatu kampung yang terletak di
dekat bibir Rimba belantara di
yang amat lebat serta tanahnya yang subur makmur dan
tidak akan kekurangan segala sumber makan serta dikelilingi oleh banyak aliran
sungai, hiduplah sebuah keluarga muda sepasang suami istri.Nama kepala keluarga muda ini
ialah Demong Ranjuk dan istrinya yang cantik
jelita dan ketika itu sedang mengandung anaknya yang pertama. Walau
tidak disebutkan namanya, istri Demong Ranjuk yang rupawan ini memiliki rambut
lurus, mata bening indah, bibir merak merekah, pipinya selalu merah apabila
terkena sinar matahari bagaikan kena getah kayu rengas.
Namun saat ini menjadi lain suara Antu gergasi itu telah hilang dan berubah menjadi suara gemuruh buldoser yang membabat rimba untuk di sulap menjadi perkebunan sawit
Seperti warga kampung lainya
mereka juga berladang. Demong Ranjuk memiliki kegemaran berburu, maka dia
memiliki banyak sekali anjing yang dipelihara untuk berburu. Anjing-anjing
Demong Ranjuk ini sangat cekatan dan gesit.Pada suatu saat istri Demong Ranjuk
yang sedang hamil ini mengidam yang agak aneh yaitu dia ingin sekali makan hati
pelanduk / kancil putih.
Sudah berpuluh-puluh pelanduk didapatkan namun begitu
hasilnya diperiksa hasilnya nihil karena warnanya sama seperti layaknya hati
binatang lain. Demong Ranjuk selalu menenangkan hati istrinya untuk bersabar.
Istrinya akhirnya tetap bersabar juga, walau ngidamnya agak aneh. Pasangan ini
tidak lupa untuk selalu berdoa memohon petunjuk dari Petara ( Tuhan ) agar
persoalan ini dapat di luruskan dan dijawab oleh Sang Petara. Tak lupa juga
Demong Ranjuk untuk bertanya dan meminta bantuan kepada teman-teman dan
tetua-tetua kampung tentang sebab musabab keanehan yang terjadi pada
istrinya.Namun semua warga kampung menggelengkan kepala dan akhirnya menjawab
tidak mengerti. Untuk menjawab segala teka-teki ini maka Demong Ranjuk sepakat
dengan istrinya untuk berburu di hutan belantara dan bermalam di sana.
Pada suatu pagi yang cerah,
sebelum matahari menyingsing, Demong Ranjuk telah berangkat ke hutandengan satu harapan dapat
menemukan hati pelanduk putih guna memenuhi ngidam istrinya. Denganperbekalan yang sangat lengkap
dan anjing-anjing pilihan, Demong Ranjuk pun berjalan melintasi hutan rimba
belantara yang sangat lebat untuk pergi berburu.
Di suatu tempat yang agak lapang
di bibir hutan, anjing-anjing Demong Ranjuk menyalak dengan suara yang sangat
riuh ketika mereka melihat seekor babi hutan yang tua dan besar. Mendengar
suara salakan anjing yang sangat ramai itu, Demong Ranjuk pun segera memberi
semangat kepada anjing-anjingnya untuk terus mengepung buruannya itu. Terbersit
dalam pikiran Demong Ranjuk kalau pada saat ituanjing-anjingnya sedang menyalak
karena menemukan seekor pelanduk putih. Namun setelah akhirnya melihat bahwa
anjing-anjing tersebut menyalak karena melihat seekor babi hutan yang sangat
besar dan sudah bertaring panjang, maka Demong Ranjukpun bertekat untuk
membunuh babi hutan yang sangat besar tersebut dan nantinya digunakan untuk
membuat ramuan campuran daun ara bila sang istri tercinta kelak selesai
bersalin.
Demong Ranjuk kemudian
menancapkan tombaknya ke arah rusuk babi besar tersebut dan babi itu pun
kemudian jatuh tersungkur, namun masih hidup. Kemudian babi itu bangkit lagi
dan melihat ke arah Demong Ranjuk dan ingin menyeruduk Demong Ranjuk. Karena
Serangan babi ini lalu Demong Ranjuk secepat kilat mencabut parang dari
sarungnya dan mengarahkan parang tersebut untuk memotong leher babi itu, namun
salah sasaran. Parang Demong Ranjuk yang tajam dan besar itu mengenai akar
blungkak. Dan nasib sialpun dialami olehnya, parang Demong Ranjuk itu memantul
dan malah memotong kepalanya sendiri hingga putus. Kepala Demong Ranjuk yang
terpotong itu kemudian terjatuh ke dalam jurang yang amat dalam. Namun tangan
Demong Ranjuk terus meraba-raba untuk mencari kepalanya dan akhirnya tangan
Demong Ranjuk berhasil menggapai kepala anjing berburunya yang paling
besar.Dalam kepanikannya itu Demong Ranjuk akhirnya dengan nekat memotong
kepala anjing itu hingga putus dan menancapkan kepala anjing itu ke lehernya
dan keajaiban kemudian terjadi. Kepala anjing tersebut langsung menempel
dilehernya dan menyatu dengan leher Demong Ranjuk. Dengan kejadian ituakhirnya
Demong Ranjuk pun berubah menjadi " Manusia yang Berkepala Anjing".
Karena kejadian ini Demong Ranjuk
pun malu untuk pulang ke kampungnya dan bertemu dengan istri tercinta yang
sedang mengadung anak pertamanya. Dia sangat malu karena kenyataan pahit yang
dialami dalam hidupnya ini, memang Demong Ranjuk masih hidup seperti manusia
tapi kepalanya sudah berubah menjadi kepala seekor anjing. Dengan kenyataan ini
akhirnya Demong Ranjuk memilih untuk hidup mengembara dan tinggal di dalam
hutan secara berpindah-pindah. Dia juga membangun pondok untuk dirinya dan
anjing-anjingnya. Di setiap pondok yang dibangunnya dia menanam pohong pinang
yang dulu dibawanya dari dari rumah sebagai kenang-kenangan.
Dengan berlalunya waktu, Demong
Ranjuk sudah bertahun-tahun tinggal dan mengembara di hutan dan keadaan
tubuhnyapun mulai berubah. Tubuhnya ditubuhi oleh bulu merah dan rupanya
menjadi semakin seram. Anjing-anjingnyapun berubah wujud menjadi burung-burung
engkererek. Demong Ranjuk sekarang tidak bebrburu pada siang hari lagi akan
tetapi berubah menjadi pada saat malam. Demong Ranjuk sudah berubah menjadi
Antu Gergasi
.
Sepertinya dengan Demong Ranjuk,
istrinyapun sudah melahirkan seorang anak laki-laki dan dan tumbuh menjadi
seorang pemuda yang tampan dan gagah. Tak terasa waktu berlalu selama 20 tahun
sejak kejadian di hutan saat Demong Ranjuk pergi berburu.
Pada suatu saat Istri Demong
Ranjuk terkejut saat ia mendengar pertanyyan putranya yang menanyakan tentang
keberadaan bapaknya kepada sang ibu. Istri Demong Ranjuk pun tak dapat
membendung air matanya karena terkenang akan suami tercintanya yang telah
hilang bagai ditelan bumi. Akhirnya istri Demong Ranjuk pun menceritakan
keadaan sesungguhnya kepada sang anak tentang bapaknya. Mengapa sang bapak
pergi dan bagaimana sang bapak berusaha mencari hati pelanduk putih yang
diidamkannya ketika si anak masih berada dalam kandungannya. Mendengar cerita
itu, pada suatu hari sang anak pamit kepada ibunya untuk mencari sang bapak di
dalam rimba. Atas permintaan itu, sang ibu memberi ijin dan petunjuk tentang
sang bapak. kalau sang anak melihat pohon pinag yang tumbuh di dalam hutan
itulah tanda-tanda yang telah ditinggalkan oleh sang bapak di dalam rimba.
Setelah itu berangkatlah sang anak ke dalam hutan untuk sanag bapak. Di dalam
hutan dia menemukan banyak bekas pondok dan pohon pinang. Dari bekas pondok ke
pondok dia terus menyusuri jejak sang bapak. Pada pondok ke tujuh , dia melihat
pinang yang sangat lebat dan ada tanda sapa dari kejauhan. Di tempat itu sang
anak melihat sesosok makhluk yang bertubuh manusia dan berbulu merah serta
berkepala anjing, nalurinya menyatakan bahwa itulah sang bapak dan sang bapak
juga merasakan hal yang sama terhadap anaknya. Mereka berpelukan untuk melepas
rindu mereka dalam pertemuan itu.
Tiga malam sang tinggal dalam
pondok yang dibangun oleh sang bapak. Sang bapak karena keadaanya yang
memilukan tidak pulang, karena dia sudah berubah menjadi Antu Gergasi. Dia hanya menitip salam untuk ibunya dan agar tetap tabah dan menerima kenyataan
yang ada. Dan Sang Ayah meninggalkan pesan kepada anaknya untuk selalu diingat
hingga ke anak cucunya nanti. Pesan bapak kepada sang anak, yaitu: "Bila
kalian nanti sampai ke anak cucu dan turunan kalian mendengar ada orang berburu
dan memanggil anjing-anjing di hutan, segeralah kalian membakar sabut pinang
agar kalian tidak menjadi sasaran buruanku."Cerita ini menjadi mitos dalam
masyarakat suku Dayak' Mualang. Hingga sampai saat ini jika oarang Dayak' Mualang
bermalam di pondok dalam hutan dan mendengar suara orang berburu malam dan
suara burung engkererek, maka pasti mereka akan membakar sabut pinang agar Antu
gergasi pergi dan berhenti, karena dia tahu kalo mereka masih keluarga dan
orang Mualang.
Namun saat ini menjadi lain suara Antu gergasi itu telah hilang dan berubah menjadi suara gemuruh buldoser yang membabat rimba untuk di sulap menjadi perkebunan sawit
( Apollonaris. Sumber
cerita: Perua (alm), kampung: Tapang Pulau, Sekadau. Cerita ini juga terdapat
pada subsuku Daya' Rumpun Ibanik lainnya ).
Sumber: Majalah Kalimantan
Review, No:174/XIX/Februari/2010
Muntay_langit
0 Response to " Cerita Rakyat Kalimantan : Hantu Gergasi (Suku Dayak Mualang)"
Post a Comment
Bagaimana Pendapat Anda?