AAA – Mengetahui sejarah
adalah hal yang penting, dengan mengetahui masa lalu kita juga bisa memprediksi
masa depan. Sebenarnya saya tidak begitu banyak mengetahui tentang sejarah
Putri Mayang Sari di Jaar Sangarasi, tapi setelah saya melakukan search engine di
google, wikipedia, dan facebook saya mendapat artikel yang membahas tentang
sejarah Putri Mayang di Jaar Sangarasi.
Gerbang Cagar Budaya Putri Mayang Desa Jaar |
Pada abad ke 14 – 15, di wilayah Barito (sekarang Kab.
Barito Timur) ada keturunan Dayak yang terbagi dari Dayak Kampung sepuluh, Dayak Banua Lima, Dayak Lawangan, dan Dayak Paju
Epat.
Diantara keturunan Dayak ada garis keturunan yang
disebut Uria atau oring kaya /
terhormat. Garis Uria tersebut tidak jatuh pada keturunan Dayak Kampung
sepuluh, Dayak Lawangan, Dayak Paju Epat melainkan hanya pada Dayak benua lima.
Keturunan Uria terdiri dari dua orang Dayak Benua lima yang bernama Uria Mapas Negara dan Uria Rinyam.
Keduanya hidup akur, rukun dan damai hingga suatu hari terjadi perselisihan
paham kepercayaan masalah anutan dalam adat – adat Kaharingan. Sehingga, Uria
Rinyam bermukin diwilayah kampung Dayak Paju Sepuluh (Sekarang Desa Dayu,
kecamatan Karusen Janang) dengan membawa adat istiadat kepercayaan walaupun ada
beberapa benda pusaka yang sama dan kesamaan adat seperti Abeh dan Batu
Maruken.
Setelah tumbuh besar di kampung Dayu, Uria Rinyam yang
memiliki wajah rupawan merantau dan bekerja di Kerajaan Banjar di Kayu Tangi
(Sekarang Kota Banjarmasin, Provinsi Kalsel). Akhirnya, Uria Rinyam
dipercayakan Raja Banjar, Sultan Suriansyah sebagai pembantu/pengawal kerajaan.
Segala kepengurusan di Kerajaan Banjar dipercayakan kepada Uria Rinyam. Ini
karena pegabdian Uria rinyam yang setia kepada Raja Banjar. Namun, kepercayaan Raja Banjar yang
memiliki panggilan Raja Mata Habang (Raja Mata Merah) kepada Uria Rinyam buyar
seketika ketika mengetahui Isterinya memiliki hubungan khusus dengan Uria
Rinyam.
Hubungan Uria Rinyam dengan sang isteri raja Banjar
itu terjadi karena ketampanan wajah Uria Rinyam yang membuat takjub. Sedangkan
Uria Rinyam sendiri tak bisa menahan diri karena sering datangnya godaan –
godaan dari Isteri Raja Mata Habang.
Sultan Suriansyah dikenal sebagai Raja yang sering
bepergian ke berbagai wilayah Kerajaan di hulu Barito (sekarang Muara Teweh
Kabupaten Barito Urata dan Puruk Cahu, Kab. Murung Raya) untuk urusan kerajaan.
Karena sering bepergian, terciptalah kesempatan antara Uria Rinyam dan Ratu
Galuh Banjar untuk sering bertemu berdua sehingga membuat hubungan kian erat. (hubungan yang kian erat tersebut membuat
sang juru kunci tidak bisa menceritakan dan demikian pula dengan si penulis
yang tidak bias menceritakannya kembali dalam bentuk tulisan) Hingga hari,
Uria Rinyam mendapat kabar bahwa Raja Banjar, Sultan Suriansyah pulang dari
Puruk Cahu ke Istana Banjar. Mendengar kepulangan sang raja Banjar, Uria Rinyam
langsung bertolak pulang ke Dayu, tempat dia tumbuh dan besar. Sesampainya di
Sungai Barito wilayah Hulu Marabahan (sekarang Kabupaten Marabahan, Kalsel)
Uria Rinyam berpapasan dengan Sultan Suriansyah dan saling berjabat tangan.
Namun, Sang Raja Banjar menyimpan amarah dengan Uria
Rinyam. Sebab tubuh Uria rinyam mengeluarkan aroma minyak wangi milik Ratu
Galuh Banjar yang tidak lain adalah isterinya sendiri. Minyak wangi setambol
tersebut merupakan ciri khas dari isterinya yang biasa dipakai di istana
kerajaan dan aroma wanginya bisa dicium dari kejauhan 3 Kilometer. Sultan
Suriansyah hanya bisa bergumam dan bertanya tanya didalam hati serta memendam
amarah yang cukup besar saja, ini tentunyak arena belum adanya bukti-bukti yang
kuat, bahwa ada hubungan lain antara isterinta dengan pengawal kepercayaannya
itu.
Setibanya di Istana Banjar, sang raja akhirnya
memanggil isterinya untuk berkata dengan sejujur- jujurnya untuk bercerita,
mengapa aroma minyak wangi Setambol yang bisa digunakan isterinya di Istana
Banjar bisa melekat di tubuh Uria Rinyam. Walaupun sering mengelak alias
ngelis, akhirnya ratu Galuh Banjar pun bercerita dengan kejujurannya, dan
diakuinya bahwa ada hubungan khusus dirinya dengan Uria Rinyam secara diam - diam
tanpa sang raja. Raja Banjar pun tak elak menahan emosinya hingga maranya kada
katulungan (marahnya tak terbendung, red) kepada isterinya hingga isterinya
diungsikan ke suatu tempat (konon kabarnya isterinya tak diungsikan, melainkan
dihukum sesuai syariat agama Islam). Sedangkan Uria Rinyam menerima Patok
Bekaka (sebuah patung yang memiliki lambing dengan simbol ukiran khusus untuk
tanda - tanda berisi pesan) diminta untuk segera dan harus datang ke Kerajaan
dengan mencukur rambut karena ingin diangkat untuk menggantikan sang Raja
Banjar. Tetapi, Uria rinyam memiliki firasat buruk. Sebelum berangkat, Dirinya
bertapa untuk mendapatkan kabar apa yang akan terjadi. Ternyata, kabar yang
diterimanya yakni rencana pembunuhan terhadap dirinya oleh sang raja.
Uria segera melihat tali kehidupannya, tetapi tiada
ada tanda tanda memiliki umur yang panjang. Uria Rinyam meminta temanya
sebanyak 9 (sembilan) orang untuk menemainanya ke Kerajaan Banjar. Namun, 9
temannya tak diijinkan masuk ke kerajaan banjar. Sembilan orang teman teman
uria rinyam diminta untuk menginap di luar kerajaan.
Namuan setelah tiga haritak ada informasi kabar berita
Uria Rinyam, teman temannya pergi ke kerajaan banjar untuk menanyakan kabar dan
keberadaan uria rinyam. Hasilnya, kerajaan banjar mengatakan bahwa Uria Rinyam
sudah tak ada lagi di kerajaan dan keberadaanannya juga tidak diketahui. karena
ada kejanggalan, kesembilan teman Uria Rinyam akhirnya pulang ke ke kampung
halaman dan melaporkan kejadian itu kepada Kakak kandung Uria Rinyam, Uria
Mapas Negara yang tinggal di sebuah kampung Lubuk Kajang (pinggiran sungai
terbesar kala itu) di Jaar (Kini menjadi desa Jaar , Kecamatan Dusun Timur).
Tidak enak mendengar kabar tentang adiknya yang disampaikan teman- teman Uria
rinyam. Uria Mapas melakukan pertapaan dan berkomunikasi dengan teman – teman
gaibnya. Dan teman gaib uria mapas mengatakan bahwa adiknya, Uria Rinyam telah
dibunuh oleh kerajaan Banjar dengan kepala di pancung.
Mendengar hal tersebut, Uria Mapas melakukan ritual
untuk membalaskan dendam dengan berperang ke kerajaan banjar. Sebelum
berangkat, Uria Mapas sempat mengirimkan Pucuk Bekaka kepada Raja Banjar dengan
isi pesannya bahwa dirinya, Uria Mapas kakak kandung dari Uria rinyam akan
menuntut balas dengan mahamuk (perang besar) melawan kerajaan banjar seorang
diri. Uria Mpas berangkat membawa sepucuk Mandau yang bernama Langsar Tewomea (Artinya
: Haus Akan darah lapar akan daging) dan sebatang Halu (Batang kayu penumbuk
padi) pusaka dengan mengikuti alur sungai Tabalong yang tembus ke Sungai Banjar
(Sekarang sungai Martapura) dengan menggunakan Kumpai (Rumput ilalang) yang
dirakit menjadi sebuah perahu besar. Uria Mapas bertekad, dimana Kumpai yang
dinaikinya itu tertambat, di daerah itulah dirinya memulai perang. Ternyata, kumpai
yang dinaikinya tertambat di sebuah Rawai (tempat kurungan ikan) di daerah Hulu
Marabahan (Sekarang Marabahan). Disitulah Uria Mapas memulai amukan-nya dengan
menghabisi separuh dari warga kerajaan Bakumpai (salah satu daerah milik
kerajaan banjar).
Akhirnya, kerajaan bakumpai mengirimkan pesan kepada
kerajaan banjar bahwa warga kerajaan bakumpai tidam mampu untuk menghadapi
amukan Uria Mapas. Tidak begitu lama, kerajaan banjar mengirimkan pesa pula
kepada kerajaan Bakumpai dengan Patok Bekaka yang memberikan pesan perdamaian
untu Uria Mapas. “Isi pesan yang disampaiakn kerajaan Bakumpai dengan Uria
Mapas diantaranya Raja Banjar memberikan anaknya seorang putrid yang bernama
Putri Mayang Sari sebagai pengganti adiknya yang tewas di tangan kerajaan
banjar” kata Seto Lansai, Juru Kunci makam Putri Mayang. Uria Mapas menerima
perdamaian dari raja banjar dan hidup bersama dengan putri mayang sari dengan
hidup kakak beradik di Lubuk Kajang di desa Jaar.
Uria mapas sangat menyayangi adik perempuannya yang
cantik dengan penuh kasih sayang. Hingga suatu hari, putri mayang mandi di
sungai Lubuk Kajang dan kemudian mulai sakit – sakitan dan meninggal dunia di
tempatnya tersebut. Putri mayang Sari meninggal pada usia 30 tahun, dia di
lahirkan di Banjar pada hari Arba (Rabu) tahun 1585 dan wafat pada hari Arba
tahun 1615.
Bersilang waktu sekita 13 tahun, Uria Mapas yang
dilahirkan pada tahun 1569 tersebut kemudian wafat pada tahun 1628. Menurut
cerita, jelasnya Seto Lansai, Putri Mayang Sari memiliki wajah yang cantik dan
rupawan serta memiliki rambut yang lebat dan panjang. “Menurut kisah-kisah
warga terdahulu, putri mayang memiliki Rambut yang panjang, jika sang Putri
Mandi sampai di rumahnya usai mandi di sungai, maka rambutnya masih berada di
sungai tersebut” tambah Seto. Dijelaskan pria kelahiran tanggal 31 Desember
1935 yang menjadi juru kunci makam putri mayang, bahwa pejiarah yang dating
kemakam putri mayang banyak berdatangan dari berbagai macam daerah seperti
daerah kalsel dan Kalteng, bahkan ada pejiarah dari tanah Jawa. Ini dikarenakan,
Pejiarang yang datang dan bernazar atau berniat dengan tulus di Makam putri
mayang banyak terkabulkan
Sumber http:// www.metro7.co.id
Dari sejarah di atas,
saya merasa bukanlah sejarah baku dari Sejarah Putri Mayang Sari di Jaar
Sangarasi, dan juga bagi temen-teman yang mengetahui atau memiliki opini yang
berbeda tentang sejarah Putri Mayang bisa berkomentar atau menulis artikel-artikel
tentang Sejarah Putri Mayang Sari di Jaar Sangarasi ini di kolom komentar.
Baca Juga : Objek Wisata Makam Puteri Mayang Sari
Baca Juga : Objek Wisata Makam Puteri Mayang Sari
Tulisan di atas bukan
lah murni tulisan saya, mohon kritik dan saran!
Mantap artikelnya ...
ReplyDeleteTuu bangga jari Ulun ma'anyan
terima kasih atas apresiasi nya. tabe
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete