AAA – Berikut adalah cerita sejarah Dayak Lawangan, cerita ini bersumber dari artikel salah satu blog, yaitu Bahasa Maanyan, cerita ini merupakan bagian kelima
Dalam artikel tersebut berjudul :
SEJARAH AYUS, INTONG, TIA PELULE
Ketiga orang tersebut telah bertempat tinggal di Kayun Tangi bersama rombongan lainnya. Kemudian mendirikan bangunan, bangunan yang dimaksud ialah tempat ibadah beserta ketentuannya.
Salah seorang dari antara mereka yakni TIA PELULE/USIK SAER LANGIT melanjutkan perjalanan ke arah utara. kemudian kembalilah dia di ujung kampung itu. Orang-orang kampung tersebut ingin mencari tiang guru untuk tiang tempat ibadah di situ.
Sebenarnya didaerah tersebut tidak ada yang sanggup mengadakan tiang itu selain dari nama Jin saja yang sanggup menyediakan tiang untuk tiang guru itu. Tetapi hanya Jin yang dapat mengadakan tiang itu apabila nilai tiang atau benda yang tersedia setimbang dengan tiang itu.
Maka berkarung-karung mereka mengumpulkan harta emas, intan, perak tetapi masih berat tiang itu.
Mereka memikirkan hal itu, apakah masih ada lagi yang belum dihubungi. Ada satu orang berada diujung kampung yang tidak hadir untuk pendirian tiang. Maka kata TIA PELULE hadir disitu.
Kata dia tidak mungkin saya dapat membantu pembelian tiang ini. Sedangkan emas dan intan serta perak berkarung-karung sudah ditimbang, apa lagi saya sakit tapi akan saya usahakan membantu kalian. TIA PELULE hanya memiliki sebuah cincin satu utas saja.
Perkataan si Jin makin mempersulit saja, pikirnya. Maka dicobalah oleh TIA PELULE menimbang cincin tersebut, ternyata berat cincin tersebut lebih berat dari pada tiang guru itu. Langsung dijawab oleh si Jin emas tai palat, emas yang begitu rupa selalu diambil saja dan selalu dilemparkannya ke tengah-tengah lautan.
Kemudian tiang guru itu ditancapkannya di sembarang tempat lalu ditimpaskan ditengahnya oleh Jin.
Setelah terjadi keadaan tersebut, si Jin itu lari pulang dengan kemarahannya. Sehingga orang kampung itu menyerahkan kepercayaan kepada TIA PELULE sampai pembangunan tempat ibadah terlaksana sampai selesai. Bukan diatur dengan tenaganya tetapi diatur oleh kebijaksanaannya. Tamatlah riwayat TIA PELULE.
Walau ketiga orang itu hidup terpisah, tetapi terpisah dengan baik dan hormat. Berdasarkan itu sekarang tinggal nama AYUS dan INTONG yang berangkat meninggalkan kampung KAYUN TANGI mudik mensiwah ine menuju ke daerah LENDOK OLENG LUTUNG yaitu yang dikatakan PASAR ARBA BENUA LAWAS dan juga yang dikatakan KAYUN TANGI yaitu BANJARMASIN.
Setelah Ayus dan Intong sampai di Lendok Oleng Lutung. Mereka berdua banyak melakukan pembangunan atau bermufakat untuk mengadakan tempat ibadah untuk tempat beramal. Dikarenakan pembangunan tempat ibadah mengalami sedikit keterlambatan maka masyarakat setempat terpaksa pergi beribadah ke tempat lain.
Kalau tidak disebabkan hal itu pilihan masyarakat ke Pasar Arba Benua Lawas saja.Lama kelamaan masyarakat tersebut mengatur amal dan ibadahnya di Lendok Oleng Lutung. Lalu berkatalah si Intong kepada saudaranya si Ayus, kata si Intong "Saya mau mengikuti adik kita si Tia Pelule karena menurut berita dia sudah memeluk Islam, saya mau menemui dia dan saya mau pergi haji ke Mekah Medinah menuruti si Tia Pelule".
Setelah si Intong berangkat ke Mekah Medinah maka selamatlah dia didalam perjalanan dan masyarakat tersebut mengikuti jejaknya untuk pergi haji. Setelah pulang dari Mekah Medinah, sampailah dia di daerah Kayun Ganji. Pada waktu perjalanan si Intong ke Kayun Ganji, kapal yang ditumpanginya terbalik diisap oleh pohon Kayun Ganji hanya satu orang yang selamat dan hidup yaitu si Intong. Sadar bahwa hanya dia yang selamat, segeralah dia naik keatas pohon Kayun Ganji.
Sesampainya diatas pohon dilihatnya ada seekor burung, yang bernama MANUK BALANG BULAU atau Burung Garuda. Lalu pikir si Intong lebih baik saya berpegang di taji Manuk Balang Bulau ini, biarlah kemana saja ini nanti sampainya dibawa terbang oelh burung itu. Tidak lama kemudian Manuk Balang Bulau ini terbang. Sekian lamanya burung garuda ini terbang turunlah di daerah PADANG MELUKA. Si Manuk Balang Bulau tadi turun disitu dan memangsa seekor lembu lalu dengan sigap si Intong turun dari taji burung garuda ini ke daratan.
Berjalanlah dia menyusuri Padang Meluka .Karena si Intong belum tahu arah tujuannya sehingga didalam perjalanan dia menemukan sungai, sungai itu airnya yang sebelah agak keruh dan yang sebelah lagi agak jernih. "Oh si Intong selalu berkata didalam hatinya, apakah ini yang diceritakan oleh orang-orang tua dahulu yang dimaksud dengan sungai SEREMALIK?". Menurut cerita bila air sungai ini disentuh dengan jari maka jarinya dapat berubah menjadi batu. Dicobalah oleh si Intong menyentuh air sungai itu dengan jarinya pada bagian air yang keruh maka langsung jari si Intong membeku menjadi batu.
Lalu dia meneruskan perjalanannya. Didalam perjalannya sampailah dia pada sebuah kampung, yang bernama kampung TERANTANG BINI.
Setiap laki-laki yang memasuki kampung itu selalu lekas mati karena dikeroyok oleh kaum perempuan penduduk kampung ini. Maka si Intong langsung menemui pimpinan kampung ini, singkat cerita si Intong menikah dengan pimpinan kampung ini. Dengan memakai keahlian yang dia miliki (jari telunjuk kirinya yang telah berubah menjadi batu tersebut). Selamatlah si Intong dalam menjalani perkawinannya. Dan segala hal yang dapat mematikan bagi kaum laki-laki di kampung ini, sejak itu amanlah kampung Terantang Bini. Si Intong beralih namanya menjadi HAJI BATU. Dan kampung Teratang Bini pun berubah namanya menjadi ARPAH. Si Intong menjadi pimpinan di daerah Arpah. Maka tamatlah riwayat si Intong.
Baca Juga :
- Cerita Sejarah Dayak Lawangan Part I
“SEJARAH SEBELUM ADANYA LANGIT DAN BUMI”
- Cerita Sejarah Dayak Lawangan Part II
“SENTUME DIAN NA'AN MERENSIA = SEJARAH ASAL MULA MANUSIA”
- Cerita Sejarah Dayak Lawangan Part III
“ORANG LAWANGAN PADA ZAMAN NABI NUH”
- Cerita Sejarah Dayak Lawangan Part IV
“SEJARAH KEPERCAYAAN KEHARINGAN LUANGAN”
- Cerita Sejarah Dayak Lawangan Part V
“SEJARAH AYUS, INTONG, TIA PELULE”
- Cerita Sejarah Dayak Lawangan Part VI
“SEJARAH BERITUN TUNJUNG, MUDA LAYUNG MUDA DAHUR, MUDA LAYANG”
Sumber : bahasamaanyan.blogspot.co.id
Dalam artikel tersebut berjudul :
SEJARAH AYUS, INTONG, TIA PELULE
Ketiga orang tersebut telah bertempat tinggal di Kayun Tangi bersama rombongan lainnya. Kemudian mendirikan bangunan, bangunan yang dimaksud ialah tempat ibadah beserta ketentuannya.
Salah seorang dari antara mereka yakni TIA PELULE/USIK SAER LANGIT melanjutkan perjalanan ke arah utara. kemudian kembalilah dia di ujung kampung itu. Orang-orang kampung tersebut ingin mencari tiang guru untuk tiang tempat ibadah di situ.
Sebenarnya didaerah tersebut tidak ada yang sanggup mengadakan tiang itu selain dari nama Jin saja yang sanggup menyediakan tiang untuk tiang guru itu. Tetapi hanya Jin yang dapat mengadakan tiang itu apabila nilai tiang atau benda yang tersedia setimbang dengan tiang itu.
Maka berkarung-karung mereka mengumpulkan harta emas, intan, perak tetapi masih berat tiang itu.
Mereka memikirkan hal itu, apakah masih ada lagi yang belum dihubungi. Ada satu orang berada diujung kampung yang tidak hadir untuk pendirian tiang. Maka kata TIA PELULE hadir disitu.
Kata dia tidak mungkin saya dapat membantu pembelian tiang ini. Sedangkan emas dan intan serta perak berkarung-karung sudah ditimbang, apa lagi saya sakit tapi akan saya usahakan membantu kalian. TIA PELULE hanya memiliki sebuah cincin satu utas saja.
Perkataan si Jin makin mempersulit saja, pikirnya. Maka dicobalah oleh TIA PELULE menimbang cincin tersebut, ternyata berat cincin tersebut lebih berat dari pada tiang guru itu. Langsung dijawab oleh si Jin emas tai palat, emas yang begitu rupa selalu diambil saja dan selalu dilemparkannya ke tengah-tengah lautan.
Kemudian tiang guru itu ditancapkannya di sembarang tempat lalu ditimpaskan ditengahnya oleh Jin.
Setelah terjadi keadaan tersebut, si Jin itu lari pulang dengan kemarahannya. Sehingga orang kampung itu menyerahkan kepercayaan kepada TIA PELULE sampai pembangunan tempat ibadah terlaksana sampai selesai. Bukan diatur dengan tenaganya tetapi diatur oleh kebijaksanaannya. Tamatlah riwayat TIA PELULE.
Walau ketiga orang itu hidup terpisah, tetapi terpisah dengan baik dan hormat. Berdasarkan itu sekarang tinggal nama AYUS dan INTONG yang berangkat meninggalkan kampung KAYUN TANGI mudik mensiwah ine menuju ke daerah LENDOK OLENG LUTUNG yaitu yang dikatakan PASAR ARBA BENUA LAWAS dan juga yang dikatakan KAYUN TANGI yaitu BANJARMASIN.
Setelah Ayus dan Intong sampai di Lendok Oleng Lutung. Mereka berdua banyak melakukan pembangunan atau bermufakat untuk mengadakan tempat ibadah untuk tempat beramal. Dikarenakan pembangunan tempat ibadah mengalami sedikit keterlambatan maka masyarakat setempat terpaksa pergi beribadah ke tempat lain.
Kalau tidak disebabkan hal itu pilihan masyarakat ke Pasar Arba Benua Lawas saja.Lama kelamaan masyarakat tersebut mengatur amal dan ibadahnya di Lendok Oleng Lutung. Lalu berkatalah si Intong kepada saudaranya si Ayus, kata si Intong "Saya mau mengikuti adik kita si Tia Pelule karena menurut berita dia sudah memeluk Islam, saya mau menemui dia dan saya mau pergi haji ke Mekah Medinah menuruti si Tia Pelule".
Setelah si Intong berangkat ke Mekah Medinah maka selamatlah dia didalam perjalanan dan masyarakat tersebut mengikuti jejaknya untuk pergi haji. Setelah pulang dari Mekah Medinah, sampailah dia di daerah Kayun Ganji. Pada waktu perjalanan si Intong ke Kayun Ganji, kapal yang ditumpanginya terbalik diisap oleh pohon Kayun Ganji hanya satu orang yang selamat dan hidup yaitu si Intong. Sadar bahwa hanya dia yang selamat, segeralah dia naik keatas pohon Kayun Ganji.
Sesampainya diatas pohon dilihatnya ada seekor burung, yang bernama MANUK BALANG BULAU atau Burung Garuda. Lalu pikir si Intong lebih baik saya berpegang di taji Manuk Balang Bulau ini, biarlah kemana saja ini nanti sampainya dibawa terbang oelh burung itu. Tidak lama kemudian Manuk Balang Bulau ini terbang. Sekian lamanya burung garuda ini terbang turunlah di daerah PADANG MELUKA. Si Manuk Balang Bulau tadi turun disitu dan memangsa seekor lembu lalu dengan sigap si Intong turun dari taji burung garuda ini ke daratan.
Berjalanlah dia menyusuri Padang Meluka .Karena si Intong belum tahu arah tujuannya sehingga didalam perjalanan dia menemukan sungai, sungai itu airnya yang sebelah agak keruh dan yang sebelah lagi agak jernih. "Oh si Intong selalu berkata didalam hatinya, apakah ini yang diceritakan oleh orang-orang tua dahulu yang dimaksud dengan sungai SEREMALIK?". Menurut cerita bila air sungai ini disentuh dengan jari maka jarinya dapat berubah menjadi batu. Dicobalah oleh si Intong menyentuh air sungai itu dengan jarinya pada bagian air yang keruh maka langsung jari si Intong membeku menjadi batu.
Lalu dia meneruskan perjalanannya. Didalam perjalannya sampailah dia pada sebuah kampung, yang bernama kampung TERANTANG BINI.
Setiap laki-laki yang memasuki kampung itu selalu lekas mati karena dikeroyok oleh kaum perempuan penduduk kampung ini. Maka si Intong langsung menemui pimpinan kampung ini, singkat cerita si Intong menikah dengan pimpinan kampung ini. Dengan memakai keahlian yang dia miliki (jari telunjuk kirinya yang telah berubah menjadi batu tersebut). Selamatlah si Intong dalam menjalani perkawinannya. Dan segala hal yang dapat mematikan bagi kaum laki-laki di kampung ini, sejak itu amanlah kampung Terantang Bini. Si Intong beralih namanya menjadi HAJI BATU. Dan kampung Teratang Bini pun berubah namanya menjadi ARPAH. Si Intong menjadi pimpinan di daerah Arpah. Maka tamatlah riwayat si Intong.
Baca Juga :
- Cerita Sejarah Dayak Lawangan Part I
“SEJARAH SEBELUM ADANYA LANGIT DAN BUMI”
- Cerita Sejarah Dayak Lawangan Part II
“SENTUME DIAN NA'AN MERENSIA = SEJARAH ASAL MULA MANUSIA”
- Cerita Sejarah Dayak Lawangan Part III
“ORANG LAWANGAN PADA ZAMAN NABI NUH”
- Cerita Sejarah Dayak Lawangan Part IV
“SEJARAH KEPERCAYAAN KEHARINGAN LUANGAN”
- Cerita Sejarah Dayak Lawangan Part V
“SEJARAH AYUS, INTONG, TIA PELULE”
- Cerita Sejarah Dayak Lawangan Part VI
“SEJARAH BERITUN TUNJUNG, MUDA LAYUNG MUDA DAHUR, MUDA LAYANG”
Sumber : bahasamaanyan.blogspot.co.id
0 Response to "Cerita Sejarah Dayak Lawangan Part V “SEJARAH AYUS, INTONG, TIA PELULE”"
Post a Comment
Bagaimana Pendapat Anda?